pelaku pariwisata di bali
Membidik Turis China
Membidik Turis China untuk berkunjung ke Pura uluwatu, Bali.
Pertumbuhan ekonomi di negara China yang semakin meningkat setiap tahunnya, mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan dari negeri tirai bamboo ini meningkat drastis, pertumbuhan ekonomi mereka yang relatif stabil setiap tahunnya membuat China menjadi salah satu dari raksasa eknomi dunia menyaingi negara paman sam United State Amerika. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin menujukkan titik terbaiknya dalam beberapa decade terakhir, mendorong penduduk China untuk melakukan perjalanan wisata kebeberapa destinasi wisata pavorit. Bali menjadi salah satu destinasi wisata yang kerap kebanjiran wisatawan dari negara China, kehadiran wisatawan China baik secara individu maupun dalam sebuah kelompok hampir dapat ditemui disetiap objek wisata dan atraksi wisata yang ada di Bali. Tentunya selain karena mengunjungi Bali dianggap sangat murah, bali juga memiliki nilai tarik tersendiri bagi wisatawan China, keragaman budaya Bali dan keindahan alam yang masih alami di beberapa pelosok di Bali membuat para wisatawan yang berasal dari China senang mengunjungi Bali sebagai tujuan wisata liburan mereka.
Bali yang terkenal menawarkan beragam produk wisata murah mulai dari sarana akomodasi, restaurant, objek wisata dan atraksi wisata menjadi pilihan utama untuk selalu dikunjungi, hal inilah yang kemudian membuat pengelola Tari Kecak Uluwatu untuk membuat langkah-langkah strategis dalam merebut wisatawan China sebagai pasar yang dapat mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Pura Uluwatu. Wisatawan China yang dikenal memiliki budaya berkelompok ketika melakukan perjalanan wisata tentu akan menjadi pasar yang sangat potensial untuk digarap, namun beberapa tahun belakangan dirasakan tingkat kunjungan wisatawan ke Pura Uluwatu tidak sebesar tahun-tahun awal pada saat pariwisata bali sedang booming ditahun 90an. Kehadiran wisatawan dari China yang saat itu mendominasi kunjungan wisatawan ke Pura Uluwatu mulai berkurang pada tahun-tahun berikutnya.
Tidak dapat diketahui secara pasti mengapa kemudian Pura Uluwatu agak ditinggalkan oleh para turis China ini, namun kalau diamati secara menyeluruh kebiasaan wisatawan yang senang melakukan perjalanan secara kelompok kemudian sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh para pramuwisata nakal yang kerap mengarahkan para wisatawannya hanya untuk tujuan tertentu demi keuntungan pramuwisata itu sendiri. Seperti yang sering dipergunjingkan oleh beragam pelaku pariwisata di Bali bahwa praktik ‘jual kepala’yang kerap terjadi pada wisatawan China cenderung akan menghancurkan pariwisata Bali. Ketakutan yang sama juga menjadi perhatian serius pengelola Kecak Uluwatu yang selama ini sangat merasakan imbasnya, betapa tidak kemudian ditengah derasnya kunjungan wisatawan China ke Bali, Pura Uluwatu dan Kecak Uluwatu seperti tidak kebagian kue pariwisata yang dihasilkan oleh kunjungan mereka ke Bali.
Pada awal pendirian Kecak Uluwatu, hubungan dengan beberapa agen perjalanan yang khusus menangani wisatawan China terselengara dengan sangat baik, namun beberapa tahun kemudian ditengah pertumbuhan kunjungan wisatawan China ke Bali malah Uluwatu seperti ditinggalkan, hal ini tentunya menjadi sebuah catatan mengapa hal tersebut terjadi. Menurut penyampian Bpk I Made Sutanaya selaku pengelola Kecak Uluwatu menuturkan bahwa ada pergeseran budaya wisatayang terjadi pada wisatawan China, pergeseran budaya wisata yang dimaksud adalah wisatawan China saat ini lebih memilih untuk mengunjungi hotel atau restaurant yang menyiapkan paket IL Tea atau Tea Time, sehingga kunjungan ke objek wisata budaya seakan tidak lagi menjadi sebuah trend bagi wisatawan China, mereka memilih untuk berbelanja (shopping) ketempat-tempat yang sudah diarahkan oleh pramuwisata mereka atau hanya sekedar menikmati teh atau kopi ke beberapa hotel dan restaurant di Bali yang mereka anggap sangat terkenal dinegara mereka.